Jumlah kapal selam diesel-listrik kian meningkat di seluruh dunia dan dapat mengancam armada Angkatan Laut AS. Upaya untuk mengatasi resiko yang dapat ditimbulkan oleh kapal selam kecil dan silent seperti itu menjadi sangat penting bagi AS, terutama di daerah litoral dan selat sempit.
"Tujuan kami adalah untuk transisi dan perubahan cara operasional Angkatan Laut," kata Scott Littlefiel, manajer program Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Anti-Submarine Warfare Continuous Trail Unmanned Vehicle (ACTUV). "Hal Ini akan menciptakan asimetri bagi keunggulan kami, meniadakan ancaman dari kapal selam akan menghemat sepuluh persen biaya untuk membangun kapal selam."
Kontraktor pertahanan AS Science Applications International Corporation (SAIC) saat ini tengah mengembangkan sebuah konsep baru kapal permukaan tanpa awak. Kapal tersebut akan dapat menemukan dan melacak kapal selam jauh di bawah air, pada tingkat presisi, persisten dan fleksibilitas yang jauh melampaui kapal perang permukaan berawak anti-kapal selam saat ini.
Kapal permukaan baru ini akan menjadi menjadi sangat penting sebagaimana misi Angkatan Laut AS yang saat ini difokuskan pada kawasan litoral di Selat Hormuz, Teluk Persia, Laut China Selatan, Afrika Timur, Laut Mediterania dan Laut Karibia.
Pada Agustus 2012, DARPA dianugerahi kontrak oleh SAIC sebesar US$ 58 juta untuk pengembangan prottipe Anti-Submarine Warfare Continuous Trail Unmanned Vehicle (ACTUV) yang rencananya siap untuk uji laut pada pertengahan 2015. SAIC adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang mengembangkan desain konseptual untuk kapal baru di AS. Badan ini lebih memilih desain haluan yang menusuk gelombang (Trimaran) untuk prototipe. Menurut SAIC, desain semacam ini akan mampu melakukan misi terus-menerus hingga tiga bulan di laut, yang beroperasi secara mandiri, atau semi-otonom.
Kapal ACTUV ini dirancang agar mampu beroperasi sepenuhnya secara mandiri, menyediakan respon cepat tanggap dalam jaringan pengawasan maritim global. Jaringan ini akan ditransfer ke alutsista berawak dan tak berawak lainnya seperti pesawat P-8A Poseidon dan Pesawat RQ-4C Triton (Bams).
Kapal ACTUV ini akan memiliki kecepatan tinggi untuk bisa secepatnya tiba daerah operasi, dengan cepat membuat track kapal selam diesel-listrik silent dan bayangan target tersebut selam berbulan-bulan, lebih dari ribuan kilometer, dengan input manusia yang minimal.
Untuk deteksi awal, ACTUV mengandalkan sensor sendiri atau dari sonobuoy (sebuah sistem sonar) yang dijatuhkan dari pesawat intai maritim, drone atau kapal lainnya. Efektif mengkover wilayah yang luas, sonobuoy ini akan memberikan indikasi awal tentang keberadaan target yang dicurigai, lalu maju dikerahkan ke daerah yang telah ditunjuk.
Dengan tibanya kapal ACTUV di daerah tersebut, kapal tak berawak ini akan menyebarkan sonar aktif-pasif frekuensi menengah jarak jauh dari dua sisi pod-nya, untuk memverifikasi keberadaan kapal selam, dan mengidentifikasi daerah-daerah mana saja yang berada dalam ancaman (AOU-Area of Uncertainty) kapal selam itu, dan membatasi gerakan kapal selam di wilayah itu. Tingkat lanjut dengan menggunakan dua sonar tingkat tinggi yang terletak di lambung utama, digunakan untuk meningkatkan presisi pelacakan dan keakuratan misi. Setelah berada di dekat target, ACTUV lalu menggunakan magnetometer arrays untuk memberikan informasi tambahan mengenai aktivitas target. Setelah membuat track secara kontinyu, sonar dengan frekuensi yang sangat tinggi digunakan untuk menggambarkan citra akustik dari target, sehingga mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kapal selam (target) secara spesifik. Setelah AOU (darah ancaman) ditentukan dan ancaman positif di identifikasi, sehingga memverifikasi batasan AOU, maka sudah dapat dipastikan mana daerah yang aman untuk dilalui. ACTUC akan terus membayangi kapal selam yang dicurigai untuk menghindari resiko serangan dengan menghindar, atau kapal selam ini akan diserang bila bertindak agresif.
Kapal ACTUV dirancang untuk menetralisir ancaman dari kapal selam konvensional bertenaga diesel-listrik, termasuk juga kapal selam yang menggunakan Air Independent Propulsion (AIP). Kapal selam yang sudah "dikunci" oleh ACTUV, sangat beresiko untuk diserang armada AS meskipun tetap berusaha silent atau berusaha menghindari ACTUV sampai kapal selam tersebut kembali ke pangkalan.
ACTUV juga dirancang untuk mengambil alih peran kapal permukaan berawak (ASW) yang saat ini digunakan AS untuk menjaga kelompok kapal tempur atau armada lain dari ancaman kapal selam. Operasi otonom dari ACTUV ini akan menjadikan Angkatan Laut AS lebih optimal menggunakan alutsista berawak secara ofensif dan peran pendukung lainnya yang memerlukan sumber daya manusia.
Desain akhir dan rencana produksi untuk prototipe ACTUV akan dilakukan di fase dua, pembangunan prototipe dijadwalkan selesai pada fase tiga, uji coba oleh pemerintah ada di fase empat untuk menunjukkan sebuah kapal eksperimental yang mampu secara independen disebarkan ke daerah jauh/terpencil yang luput dari kontrol pengawasan sekaligus meningkatkan kemampuan Angkatan Laut AS.