Prestasi Timnas Bukan Milik PSSI dan KPSI

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Para pemain tim nasional Indonesia memeluk Andik Vermansah (21) sesaat setelah Andik mencetak gol ke gawang Singapura dalam laga Piala Suzuki AFF 2012 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (28/11). Andik menjadi pemain kunci timnas Indonesia karena berhasil merobek gawang Singapura pada menit ke-86. Indonesia menang atas Singapura dengan skor 1-0.
Sorot mata Andik Vermansyah menatap tajam ke arah kiper Mohamad Izwan Mahbud. Angka di papan skor raksasa dalam Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, sudah menunjukan menit ke-87. Di bawah lambang negara Indonesia dan Singapura masih terpampang skor imbang tanpa gol.

Andik memberikan umpan pendek kepada Taufik, yang kemudian kembali memantulkannya kepada rekannya itu. Andik langsung menyepak umpan tersebut dan bola melayang tinggi ke arah pojok kiri atas tiang jauh Singapura. Gol! Sontak histeria ribuan suporter Indonesia di Stadion Bukit Jalil serta jutaan penonton televisi nasional tumpah ruah.


Kiper Izwan hanya terlentang dan termangu di atas rumput lapangan karena tidak percaya gawangnya kebobolan. Ratusan pendukung Singapura pun mengangkat kedua tangannya ke kepala dengan rasa kecewa. Menang atau kalah adalah hal biasa bagi mereka. Hanya saja, gol Andik itu telah mematahkan rekor 14 tahun tak pernah kalah atas Indonesia.

Sementara, di ujung tribun utara, suporter Indonesia merapat saling bergandengan memiringkan badan ke kiri dan kanan sambil menyanyikan lagu kebanggaan Indonesia Raya. Sejenak mereka melupakan konflik sepak bola nasional yang semakin tak jelas lagi arahnya.

Harapan


Gol Andik itu sekaligus memberikan asa jutaan pecinta sepak bola Indonesia agar tidak terus dinaungi dengan kalimat kegagalan. Skuad "Garuda" kini hanya membutuhkan hasil imbang dengan tuan rumah Malaysia, untuk dapat lolos dari Grup B Piala AFF 2012. Memang bukan pekerjaan mudah, tapi tak salah jika kini masyarakat menggantungkan harapannya itu di pundak pemain timnas Indonesia.

Lihat saja, bagaimana timnas datang ke Piala AFF dengan segala keterbatasan. Pelatih Nil Maizar pun garuk-garuk kepala, kesulitan menentukan skuad terbaik karena ada larangan dari sejumlah klub Indonesian Super League (ISL), yang diperintahkan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), untuk melepaskan pemain-pemainnya membela negaranya di Malaysia. Belum lagi dengan cercaan, skuad "Merah Putih" sekarang ini adalah timnas abal-abal karena tidak berisi pemain dan pelatih berkualitas.

Suasana stadion pun tak seindah dulu, di mana ribuan suporter tidak lagi memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno, jika timnas melakukan pertandingan uji coba di Jakarta. Namun, di tengah kondisi seperti itu, timnas tetap solid. Para pemain dan pelatih tetap kompak dan terus berusaha membuktikan bahwa mereka lah tokoh utama untuk mencari prestasi sepak bola yang masih masih suri. Bukan pengurus, politisi, maupun pengusaha-pengusaha yang tidak tahu diri.

"Gol ini untuk orang Indonesia yang membenci timnas. Masyarakat boleh membenci PSSI dan KPSI. Tapi, jangan membenci timnas karena kami mengharapkan dukungan dari masyarakat Indonesia," kata Andik, seusai mencetak gol kemenangan atas Singapura.

Ujian

Memang, perjalanan timnas untuk berprestasi di Piala AFF memang masih panjang. Tapi, di depan mata terpampang satu laga pamungkas kontra Malaysia yang akan dijadikan ujian berat penentuan nasib Andik dan kawan-kawan. Jika berhasil menahan imbang, maka mereka akan mementahkan jutaan prediksi orang yang awalnya pesimistis timnas akan lolos dari grup.

Sebanyak 240 juta masyarakat Indonesia jelas berharap timnas kembali meraih poin penuh di dalam pertandingan besok. Melihat performa dua laga melawan Laos dan Singapura, pecinta sepak bola tanah air pasti berharap besar skuad "Merah Putih" bisa menaklukan Malaysia. Dinaungi dengan sejarah panjang perseteruan abadi Indonesia dan Malaysia yang kental, jalannya pertandingan pun dipredikasi akan berlangsung menarik.

Lihat saja, bagaimana gesek-gesekan yang terjadi antara kedua suporter negara itu sejak pertandingan matchday pertama Grup B digelar. Karena itu, sejatinya saat ini lebih baik hilangkan sejenak perbedaan pandangan tentang masalah dualisme atau konflik antar pengurus PSSI dan KPSI. Lebih penting jika kita memberi semangat agar keringat 22 anak bangsa bertarung di lapangan tidak sia-sia, daripada mengurusi perseteruan mereka yang semakin tidak jelas arahnya.

Selamat berjuang skuad "Garuda"!
This entry was posted in . Bookmark the permalink.